Kamis, 20 Februari 2020

NATUNA

-ARTIKEL TENTANG KONFLIK LAUT NATUNA-

Pengamat hubungan internasional menilai China dan Indonesia meredakan pertikaian soal sengketa Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di Perairan Natuna karena kedua negara berusaha menghindari ketegangan keamanan regional. NYeremia Lalisang, dosen di Departemen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, mengatakan hal tersebut adalah sesuatu yang tidak diharapkan terjadi baik oleh Indonesia maupun China. Sementara itu, Indonesia juga dinilai memiliki kepentingan yang lebih besar terkait hubungan bilateralnya dengan China, sehingga wajar jika pemerintah lebih memilih jalur diplomatik ketimbang kontroversi.
natuna
Adapun Hikmahanto Juwana, guru besar hukum internasional di Universitas Indonesia, mengatakan melunaknya sikap pemerintah Indonesia dipengaruhi berbagai faktor. Salah satu faktor tersebut adalah kekhawatiran China atas meningkatnya sentimen anti-China di Indonesia jika persoalan Natuna berlarut-larut. Selain itu, Hikmahanto juga memandang bahwa China masih membutuhkan Indonesia sebagai jembatan antara China dengan negara-negara di Asia Tenggara yang sama-sama memiliki klaim wilayah di Laut China Selatan, seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei.
Faktor lain atas melunaknya retorika kedua negara terkait insiden di Perairan Natuna adalah hubungan bilateral keduanya secara umum tidak bermasalah. Dengan pernyataannya, "China mengatakan bahwa persahabatan harus dijunjung tinggi karena terus terang kita tidak punya masalah dengan China terkait apa yang terjadi kemarin [di Natuna], mengingat Indonesia tidak mengakui 9 garis putus-putus yg diklaim China [di Laut China Selatan]."
Sementara itu, Duta Besar China, Xiao Qian, mengatakan Indonesia dan China memiliki hubungan yang erat, terutama dalam lima tahun terakhir. Meski demikian, Xiao Qian mengaku bahwa hubungan antara kedua negara tidak selalu baik, terutama terkait masalah klaim wilayah di Perairan Natuna. Menurutnya, nelayan-nelayan China masuk ke Perairan Natuna atas inisiatif mereka sendiri untuk mencari ikan. Ia mengaku pihaknya akan terus berdialog dengan Indonesia melalui kanal-kanal diplomatik seperti lewat Kementerian Luar Negeri.
Sengketa di perairan Natuna kembali mencuat pada akhir Desember 2019 setelah terjadi insiden yang digambarkan sebagai pengambilan ikan secara ilegal oleh nelayan-nelayan China di kawasan ZEE Indonesia. Kementerian Luar Negeri Indonesia lantas melayangkan protes keras ke Beijing. Dalam kesempatan terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan, China mempunyai hak historis di Laut China Selatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar